Langsung ke konten utama

Postingan

“Adab Berpolitik”, Adab yang Tidak Ditemui Lagi di Zaman Ini

  Adab Berpolitik karya Imam Al Ghazali adalah sebuah buku nasihat dan Hikayat untuk Pemimpin dan Penguasa. Dalam buku ini, Al-Ghazali banyak mengupas tentang karakter dan etika pemimpin masa dulu. Buku Adab Berpolitik ini terdapat tujuh bab; Tentang Keadilan dan Sirah Para Penguasa; Tentang Manajemen Pemerintahan dan Prilaku Para Menteri; Tentang Para Sekretaris dan Adab Mereka; Tentang Cita-cita Tinggi Para Penguasa; Tentang Sifat santun Para Ahli Hikmah; Tentang Kemuliaan Akal dan Orang Berakal; terakhir Tentang Wanita. Dalam setiap bab memberikan gambaran dan kisah-kisah menarik dari seorang pemimpin dan etika saat berkuasa. Perpolitikan dulu jauh lebih santun dan beradab dibanding dengan saat sekarang ini.  Dulu penguasa menanamkan kejujuran dan kepedulian terhadap rakyat agar bertindak dan berlaku adil.  Penguasa dulu tidak ingin rakyatnya sengsara. Ia yakin, dengan adanya rakyat yang sengsara maka menjadi sumber sial baginya sehingga menjadi beban berat dan pertanggungjawaba

MAYANG SERUNGKE | DUD KALA EMPAN

Ceh Didong Legendaris dari Gayo, Dud Kala Empan. (Foto: Junaidi Ari Delung, 2022) Cipt. Dud Kala Empan Iterime komi kisah terakhir, masso jelen mu bepikir kunul mu serme je mayang serungke nenong pe nasipku bier kusi musantir, masso kukarang mutangkir lagu muripni kerpe je mayang serungke ke kin aku enti ne terpikir kadang khawatir denem mukale nge i betih ko le utung tingir sime ku pasir peserme ku pante o mayang serungke mayang o o o serungke o o o mayang serungke ike atas pe itangkokko pematang, masso ken kelik ni kalang kao munenge je mayang serungke ike kin aku enti ne terbayang, masso engi orum abang mucere i dene je mayang serungke terbang ni engang si nenang-nenang terbang ni omang ku batu kare ike kin aku enti ne terkenang kerna lelayang nge metus tali e o mayang serungke mayango o o o serungke o o o mayang serungke ulung ni awal gere jadi ken tudung payung ke uren sire ulung ni awal gere jadi ken tudung payung ke uren sire enta ku aku mi kase lalu lintes, masso kering-kering

Manusia Boleh Iri Terhadap 2 Hal

Gunung Merapi Burni Telong, Kabupaten Bener Meriah. (Foto Dok. Pribadi Junaidi Ari Delung) Ada dua hal yang kita boleh padanya; orang yang berilmu dan orang yang selalu bersama Al-Qur’an. Orang yang berilmu akan menjadi kebencian bagi iblis dan antek-anteknya. Ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Orang yang selalu bersama Al-Qur’an adalah orang yang tidak pernah lepas dari membaca, menuliskan, mentadabburi dan menghafal Al-Qur’an. Selain dari kedua ini maka boleh jadi tidak baik untuk kehidupan pribadi di masa depan. Jadi pahamilah.

Menjaga Hati Agar Tak Kembali Luka

  Ilustrasi Hati terluka. (Foto Pixabay) Persoalan hati memang luar biasa, karena bisa membawa manusia pada kesenangan dan juga kesedihan. Aku sendiri lebih baik menjaga daripada harus mendapat luka. Hal ini mulai aku lakukan setelah sadar bahwa aku tidak ingin orang lain terluka lagi, dan akhirnya aku memutuskan untuk menjaga hati. Orang-orang menilai bahwa menjaga hati seseorang yang kita cintai namun tidak bersama kita adalah masih menyimpan rasa cinta kepada dirinya. Satu sisi rasa cinta memang iya, tetapi hanya saja untuk tidak lagi menaruh luka yang telah pernah terjadi selama ini. Dari itu, Aku menyibukkan diriku dengan aktivitas menghiburku dibanding harus membuat aktivitas di media sosial yang membuat orang itu sendiri akan mencoba mengaksesnya. Aku ingin hilang dari peredaran pandangan dia dan orang agar aku terbebas dan terbiasa untuk menenangkan pikiran. Kini aku nikmati hidup dan menjalankan aktivitas sebagai pengajar atau dosen di salah satu universitas di Banda A

Kopi yang Kurang Bersahabat

Racikan Minuman Kopi (Foto: Pixabay) Akhir 2022, merupakan hari yang pelik bagi aku dalam menghadapi kenyataan dan fakta perjalanan hidup. Aku begitu didera suasana yang tidak mengenakkan. Aku kehilangan harapan yang semula ku tanam dan hasilnya nihil bak pisang yang tumbuh tak berbuah. “Kenapa ya Aku seperti ini. Apakah karena ada salah?”. Perasaan ini terus terucap dalam hati seolah Aku didera kesalahan besar. Aku terus memikirkannya lagi. Entah apa yang membuat aku seperti itu hingga akhirnya Aku merasa bersalah dan gila. Tahun ini juga, aku dilanda kemurungan yang amat mendalam. Belum pernah kualami sebelumnya, namun kali ini benar-benar beda. Rambutku yang tidak dipotong menjadi panjang, bak jaman era di 90-an. Wajah yang memang terus dijaga dari debu dan polusi yang beterbangan saat keluar rumah dan berkendara. Parahnya lagi, lambungku semakin hari semakin tidak mengenakkan. Pada Oktober, hatiku tidak karuan. Aku kehadiran saudara sepupu dari Takengon, Aceh Tengah. Ia memin