Langsung ke konten utama

Kopi yang Kurang Bersahabat

Racikan Minuman Kopi (Foto: Pixabay)
Akhir 2022, merupakan hari yang pelik bagi aku dalam menghadapi kenyataan dan fakta perjalanan hidup. Aku begitu didera suasana yang tidak mengenakkan. Aku kehilangan harapan yang semula ku tanam dan hasilnya nihil bak pisang yang tumbuh tak berbuah.

“Kenapa ya Aku seperti ini. Apakah karena ada salah?”. Perasaan ini terus terucap dalam hati seolah Aku didera kesalahan besar. Aku terus memikirkannya lagi. Entah apa yang membuat aku seperti itu hingga akhirnya Aku merasa bersalah dan gila.

Tahun ini juga, aku dilanda kemurungan yang amat mendalam. Belum pernah kualami sebelumnya, namun kali ini benar-benar beda. Rambutku yang tidak dipotong menjadi panjang, bak jaman era di 90-an. Wajah yang memang terus dijaga dari debu dan polusi yang beterbangan saat keluar rumah dan berkendara. Parahnya lagi, lambungku semakin hari semakin tidak mengenakkan.

Pada Oktober, hatiku tidak karuan. Aku kehadiran saudara sepupu dari Takengon, Aceh Tengah. Ia memintaku untuk hadir ke tempat dimana dirinya menginap. Keputusanku, di esok pagi nanti akan kutemui dia. Aku memutuskan untuk tidak makan dan membawa kue basah agar bersama-sama dimakan di waktu pagi.

Tepat hari itu, makan pagiku terlantar. Aku tidak sedikit pun mengunyah dan menelan nasi. Awalnya aku yakin perutku tidak akan kenapa-kenapa. Ternyata benar, memang tidak ada sama sekali hal yang kurasakan soal kelaparan karena telah diganjal dengan kue basah tadi. Aku juga meyakini waktu itu, kalau siang akan segera dan cepat makan bersama saudaraku dan teman-temannya.

Seiring berjalannya waktu, waktu dzuhur sudah mulai tiba. Niat untuk makan sudah mulai ada, namun teman-teman saudaraku ini belum membayangkan hal itu. Mereka semua sedang sibuk dengan aktivitas dan ada hal yang harus diurus di sebuah dinas terkait di Banda Aceh. Sontak laparku juga datang. Aku memutuskan untuk pergi ke warung di depan dinas itu.

Aku ternyata salah memulai siangku dengan meminum kopi saring, kopinya orang Aceh jikalau di pesisir. Lantas, diriku merasa tidak karuan karena pagi dan siang belum ada masuk sebiji nasi pun. Baru jam dua lewat Aku dan saudaraku disuguhi makanan di Ulee Kareng. Bodohnya aku juga, aku salah memilih lauk, Bebek kuah pedas. Badanku terasa panas dan berkeringat akibat perut yang belum bersahabat dengan lauk yang Aku ambil. Hingga akhirnya aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku memutuskan untuk pulang lebih awal karena keadaanku yang kurang pas dan kurang sehat.

Di tengah perjalanan, seolah seakan-akan tidak akan sampai ke kostan dengan menaiki sepeda motorku. Helaan nafasku begitu sempit dan terasa susah menghirup udara. Hatiku berkata, andai jatuh di tengah keramaian ini sungguh memalukan sekali. Lantas terus aku paksakan untuk tiba di kostan. Karena Aku menilai, kalau sudah di kostan bisa berekspresi lebih leluasa dan langsung berbaring. Untungnya, upaya yang terus Aku jalani sepanjang perjalanan terus menjadi sopir dan penumpang yang baik hingga akhirnya tiba di kos an.

Semoga engkau sembuh wahai tubuh, agar bisa beraktivitas lebih banyak lagi. Amin, semoga!!

***

 

 

Komentar