Racikan Minuman Kopi (Foto: Pixabay) |
“Kenapa ya Aku seperti ini. Apakah
karena ada salah?”. Perasaan ini terus terucap dalam hati seolah Aku didera
kesalahan besar. Aku terus memikirkannya lagi. Entah apa yang membuat aku
seperti itu hingga akhirnya Aku merasa bersalah dan gila.
Tahun ini juga, aku dilanda
kemurungan yang amat mendalam. Belum pernah kualami sebelumnya, namun kali ini
benar-benar beda. Rambutku yang tidak dipotong menjadi panjang, bak jaman era
di 90-an. Wajah yang memang terus dijaga dari debu dan polusi yang beterbangan
saat keluar rumah dan berkendara. Parahnya lagi, lambungku semakin hari semakin
tidak mengenakkan.
Pada Oktober, hatiku tidak karuan.
Aku kehadiran saudara sepupu dari Takengon, Aceh Tengah. Ia memintaku untuk
hadir ke tempat dimana dirinya menginap. Keputusanku, di esok pagi nanti akan
kutemui dia. Aku memutuskan untuk tidak makan dan membawa kue basah agar
bersama-sama dimakan di waktu pagi.
Tepat hari itu, makan pagiku
terlantar. Aku tidak sedikit pun mengunyah dan menelan nasi. Awalnya aku yakin
perutku tidak akan kenapa-kenapa. Ternyata benar, memang tidak ada sama sekali
hal yang kurasakan soal kelaparan karena telah diganjal dengan kue basah tadi. Aku
juga meyakini waktu itu, kalau siang akan segera dan cepat makan bersama
saudaraku dan teman-temannya.
Seiring berjalannya waktu, waktu
dzuhur sudah mulai tiba. Niat untuk makan sudah mulai ada, namun teman-teman saudaraku
ini belum membayangkan hal itu. Mereka semua sedang sibuk dengan aktivitas dan
ada hal yang harus diurus di sebuah dinas terkait di Banda Aceh. Sontak laparku
juga datang. Aku memutuskan untuk pergi ke warung di depan dinas itu.
Aku ternyata salah memulai siangku
dengan meminum kopi saring, kopinya orang Aceh jikalau di pesisir. Lantas,
diriku merasa tidak karuan karena pagi dan siang belum ada masuk sebiji nasi
pun. Baru jam dua lewat Aku dan saudaraku disuguhi makanan di Ulee Kareng. Bodohnya
aku juga, aku salah memilih lauk, Bebek kuah pedas. Badanku terasa panas dan
berkeringat akibat perut yang belum bersahabat dengan lauk yang Aku ambil. Hingga
akhirnya aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku memutuskan untuk pulang lebih
awal karena keadaanku yang kurang pas dan kurang sehat.
Di tengah perjalanan, seolah seakan-akan
tidak akan sampai ke kostan dengan menaiki sepeda motorku. Helaan nafasku begitu
sempit dan terasa susah menghirup udara. Hatiku berkata, andai jatuh di tengah
keramaian ini sungguh memalukan sekali. Lantas terus aku paksakan untuk tiba di
kostan. Karena Aku menilai, kalau sudah di kostan bisa berekspresi lebih leluasa
dan langsung berbaring. Untungnya, upaya yang terus Aku jalani sepanjang
perjalanan terus menjadi sopir dan penumpang yang baik hingga akhirnya tiba di
kos an.
Semoga engkau sembuh wahai tubuh, agar bisa beraktivitas lebih banyak lagi. Amin, semoga!!
***
Komentar
Posting Komentar