Ilustrasi penguasa. (Foto Kolase Junaidi Ari Delung) Kamis, 15 Desember 2023 lalu, saya bertemu dengan seorang mantan kepala daerah di Aceh. Saya dan puluhan teman-teman menunggu orang yang sama. Pada kesempatan itu, kami bersilaturrahmi dan berbincang hangat dengan dirinya yang didampingi dengan seorang teman. Ia menceritakan pengalaman dan kisah saat dirinya menjadi pejabat tinggi di daerah itu. Ia memulai, bahwa daerah yang pernah ia pimpin dulu mengalami defisit anggaran. Tidak hanya di daerahnya saja yang defisit, melainkan juga di kabupaten dan kota lainnya di Aceh. Lantas saya menanyakan, apa sebenarnya faktor utama defisit anggarannya? Lalu apakah dari laporan itu dijelaskan kenapa defisit anggaran. Ia menjawab, pemimpin di daerahnya itu mengaku karena ada beberapa faktor seperti membayar tulah para reje, dan untuk gaji P3K. Akibat itu menyebabkan terjadinya defisit anggaran hingga 40 miliar lebih. Faktor lain, tanya saya lagi. Ia sebenarnya berberat hati mengupas soa
Adab Berpolitik karya Imam Al Ghazali adalah sebuah buku nasihat dan Hikayat untuk Pemimpin dan Penguasa. Dalam buku ini, Al-Ghazali banyak mengupas tentang karakter dan etika pemimpin masa dulu. Buku Adab Berpolitik ini terdapat tujuh bab; Tentang Keadilan dan Sirah Para Penguasa; Tentang Manajemen Pemerintahan dan Prilaku Para Menteri; Tentang Para Sekretaris dan Adab Mereka; Tentang Cita-cita Tinggi Para Penguasa; Tentang Sifat santun Para Ahli Hikmah; Tentang Kemuliaan Akal dan Orang Berakal; terakhir Tentang Wanita. Dalam setiap bab memberikan gambaran dan kisah-kisah menarik dari seorang pemimpin dan etika saat berkuasa. Perpolitikan dulu jauh lebih santun dan beradab dibanding dengan saat sekarang ini. Dulu penguasa menanamkan kejujuran dan kepedulian terhadap rakyat agar bertindak dan berlaku adil. Penguasa dulu tidak ingin rakyatnya sengsara. Ia yakin, dengan adanya rakyat yang sengsara maka menjadi sumber sial baginya sehingga menjadi beban berat dan pertanggungjawaba